Senin, 25 Maret 2013

Bahasa Indonesia 2


Pengertian Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.
karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1.    Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2.   Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3.   Empirik.
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a.   Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b.   Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c.   Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4.   Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
a. Perumusan masalah; yang  dimaksud dengan masalah yaitu  pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Penyusunan hipotesis; yang dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban untukmemecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu obserevasi atau eksperimentasi.
c. Pengujian hipotesis; yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapatmemperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui penginderaan.
d. Penarikan kesimpulan; penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta (data) untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul itumendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melaluiurutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistimatis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris.

SUMBER :



CONTOH KASUS METODE ILMIAH


PENGARUH GENDER  DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH TEMPAT BELANJA


ABSTRAK

Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi. Pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar modern (supermarket dan hypermarket) dan pasar tradisional. Banyak factor yang membakannya keduanya, diantaranya lokasi maupun sarana prasarana. Untuk dapat melakukan transaksi dibutuhkan uang sebagai alat pembayaran. Uang diperoleh dari tingkat pendapatan baik yang diperoleh dari berusaha maupun pemberian dari orang lain. Peneliti ingin mengetahui apakah gender dan tingkat pendapatan dapat memberikan prediksi terhadap pilihan tempat belanja. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistic dengan responden mahasiswa pascasarjana Universitas Bina Darma, Palembang. Hasil yang diperoleh dimana gender tidak dapat memmberikan prediksi terhadap pilihan tempat belanja sebaliknya tingkat pendapat dapat memberikan prediksi.

Kata Kunci : Pasar Modren dan tradisional, Regresi Logistik

Latar Belakang

Fenomena Pasar Dua Sisi (Two-Sided Platforms) dalam Ritel Modern. Pada dasarnya, ritel modern menghubungkan kebutuhan konsumen akhir dan produsen yang memproduksi barang kebutuhan tersebut, fenomena inilah yang disebut dengan fenomena pasar dua sisi. Pada sisi pasar yang pertama, peritel mencari produsen yang berminat untuk men-display hasil produksinya di gerai ritel modern tersebut. Dalam hal ini, peritel dapat mengenakan biaya (fee) atas display produk dari produsen. Biaya tersebut diatur dalam syarat perdagangan (trading terms) yang disepakati bersama oleh peritel dan pemasok. Dengan kata lain, pada sisi pasar ini peritel menjual jasa penjualan ritelnya kepada produsen.

Pada sisi pasar yang kedua, ritel modern menyediakan berbagai macam item produk yang dijual kepada konsumen. Dalam hal ini, konsumen tidak lagi harus pergi ke beberapa toko untuk sekedar mencari sabun mandi sekaligus elektronik, semua ada dalam satu tempat yang nyaman dengan harga yang bersaing. Konsep one-stop shopping inilah yang menyebabkan jumlah konsumen ritel semakin meningkat, sehingga sisi pasar konsumen mampu berkembang dengan pesat. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang menyebabkan daya beli konsumen menjadi naik, peritel tidak lagi harus susah payah mencari produsen yang berkenan memasok barang kepadanya. Pemasoklah yang saat ini berusaha untuk dapat menembus pasar ritel agar dapat dikenal oleh konsumen. Hal inilah yang memberikan ritel modern kekuatan pasar yang semakin lama semakin signifikan.

Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa ada sebagian besar pasar tradisional yang terkena dampak Supermarket sementara sebagian lainnya tidak. Pertama adalah faktor jarak antara pasar tradisional dan Supermarket, dimana pasar tradisional yang berada relatif dekat dengan Supermarket merasakan paling banyak terkena dampak. Kedua, faktor terpenting adalah karakteristik konsumen pada pasar tradisional. Pasar tradisional yang pelanggan utamanya dari kalangan kelas menengah ke bawah mengalami dampak preritel modern (Suryadarma, dkk. 2007)

Pasar modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4% pertahun terhadap pasar tradisional. Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukan bahwa pangsa pasar dari pasar modern meningkat sebesar 11,8 % selama lima tahun terakhir. Jika pangsa pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24,8 % maka pangsa pasar tersebut menjadi 32,4 % tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001-2006, sebanyak 11,8 % konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan beralih kepasar modern. Perkembangan pasar modern menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang (Ekapriadi, 2007).

Ritel mempunyai arti pengeluaran secara eceran. Seiring tuntutan pasar bebas, ritel pun belakangan bertambah dengan konsep ritel modern. Ritel tradisional merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual terbatas jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses tawar menawar harga. Berbeda dengan ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Dalam ritel modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan Minimarket. Gerai ritel modern biasanya disebut pasar modern.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat – tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para preritel kelas menegah dan kecil mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspansi yang sangat agresif dari preritel kelas besar (Esther dan Dikdik, 2003).

Untuk beberapa alasan perubahan gaya hidup konsumen saat ini tidaklah mengejutkan. Pertama, melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit dan kartu debit dan menyediakan layanan kredit untuk peralatan rumah tangga berukuran besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak aka dijual bila telah kadaluwarsa (Setiadi. N, 2003).

Secara teoritis keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen terhadap barang yang ditawarkan sangat dipengaruhi oleh harga, produk, pelayanan, lokasi perusahaan/toko (Kotler,1996:165). Untuk itu perusahaan harus tanggap terhadap apa yang harus dilakukan terkait dengan kelangsungan hidup usahanya, karena konsumen akan semakin selektif dalam melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut (winarni,1997 ) faktor-faktor perilaku konsumen dalam melakukan pembelian barang disupermarket adalah factor mutu barang, faktor harga barang, faktor kecepatan pelayanan, faktor kenyamanan berbelanja, faktor keramahan dari pelayan/pramuniaga dan faktor kebersihan tempat. Apabila suatu pasar swalayan mempunyai kelebihan pada faktor-faktor di atas seperti menawankan harga jual relatif murah, pelayanannya memberikan tanggapan yang lebih cepat kepada konsumen, kenyamanan berbelanja yang lebih baik dan menarik, kelengkapan barang-barang yang diperlukan konsumen juga lebih komplit, layanan yang ramah dan kondisi ruangan yang tampak bersih maka konsumen akan memilih dan membeli barang kebutuhannya di pasar swalayan
Keputusan berbelanja merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Assauri, 1996:130). Peneliti mencoba untuk mencari jawaban apakah gender dan tingkat pendapatan dapat memberikan prediksi terhadap pilihan konsumen dalam memilih tempat belanja.

Metode Penelitian
            Untuk mengetahui mengetahui pengaruh gender dan tingkat pendapatan terhadap keputusan memilih tempat belanja digunakan analisis deskriptif dan analisis statistik. Alat analisis statistik yang digunakan adalah regresi logistik. Adapun hipothesis yang diajukan adalah pertama, dimana gender dapat memprediksi keputusan untuk memilih tempat berbelanja.Kedua dimana tingkat pendapatan dapat memprediksi keputusan untuk memilih tempat berbelanja
            Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pilihan pasar modern (supermarket dan hypermarket) dan tradisional. Sebelum melakukan proses regresi logistik, harus dilakukan terlebih dahulu uji Wald terhadap variabel independennya. Uji Wald dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat signifikansi variabel bebas dengan variabel terikat. Dari hasil uji Wald tersebut hanya akan dipilih variabel bebas yang mempunyai hubungan kuat (signifikan) terhadap variabel terikat. Model regresi logistik digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel independen apa yang mempengaruhi perceraian (variabel dependen). Variabel dependen dan variabel independen tersebut adalah dikotomi yaitu satu dan nol
Variabel yang digunakan meliputi keputusan berbelanja (Y), gender (X1) dan tingkat pendapatan (X2). Adapun criteria tingkat pendapatan mengacu pada upah minimum regional (UMR) yang ada dikota Palembang.
VARIABEL
LABEL
KATAGORI
Keputusan (Y)
Keputusan belanja
1.   Pasar Moderen
2.   Pasar Tradisional
Sex (X1)
Gender
1.   Laki-laki
2.   Perempuan
Tingkat Pendapatan (X2)
Tingkat Pendapatan
1.   Dibawah UMR
2.   Diatas UMR






Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Magister Manajemen (MM) Universitas Bina Darma Palembang periode agustus 2010. Metode penarikan sampel dilakukan secara random acak dan diperoleh jumlah responden sebanyak 50 mahasiswa.

 Hasil dan Pembahasan
Ada hal yang cukup menarik  dari profil responden, pada saat dilakukan wawancara. Dimana responden lebih cenderung belanja dipasar tradisional untuk komoditas lauk pauk misalnya sayur-sayuran,ikan, tempe, tahu dan responden dapat melakukan tawar menawar. Frekwensi kunjungan kepasar tradisional  setiap hari dan untuk untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya dan biasanya dilakukan pembantu rumah tangga. Belanja di pasar modern untuk kebutuhan bulanan, misalnya susu, minyak sayur dan yang terpenting harus lebih murah dari pada pasar tradisional. Kunjungan dilakukan biasanya tidak setiap hari dan biasanya pada akhir pekan sabtu dan minggu.  Adapun alasan responden belanja di pasar modern diantaranya lengkap dan banyak pilihan serta ada discount dan yang bertampat tinggal diluar kota Palembang menyatakan untuk berkreasi. Hasil yang cukup menarik adalah konsumen yang berbelanja di pasar modern 48% atau  24 orang bertempat tinggal di luar kota Palembang.  Secara lebih lengkap dapat dilihat sebagai berikut :

Kriteria
Keterangan
Orang
Kriteria
Keterangan
Orang
Sex
Laki-laki
21
Pekerjaan
Mahasiswa
4
Perempuan
29
PNS
30
Pengeluaran
< 100.000
5
Swasta
13
100.000 s/d 500.000
33
Wiraswasta
3
500.000 s/d 1.000.000
9
Pasar
Tradisional
22
>1.000.000
3
Pasar Modren
28
Alasan Belanja di pasar modern

Kelengkapan
48
Kenyamanan
45
Alasan Belanja
Kebersihan
40
Lokasi
15
Rekreasi
12
Ada discount
47
Banyak Pilihan
50
Pelayanan
10
Lainnya
5
Usia
< 25 tahun
8
Tempat tinggal
Kota Palembang
26
25 s/d 40 tahun
32
Luar kota Palembang
24
Ø  40 tahun
10

Uji Ketepatan Model Regresi

Untuk menilai ketepatan model regresi binary logistic dalam penelitian ini diukur dengan nilai chi square dengan uji Hosmer dan Lemeshow. Diperoleh nilai chi square = 44,351 dengan level keyakinan sebesar 0,000. Angka tersebut lebih kecil dari 0,05 atau 5 persen maka Ho diterima. Hal ini berarti model regresi binary logistic dengan variable dependen keputusan belanja adalah sesuai dengan data sehingga layak dipakai untuk analisis selanjutnya.


Uji Koefisien Regresi

Uji koefisien regresi dalam penelitian ini untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi Wald yang dilaporkan pada print out SPSS. Berdasarkan hasil analisis dapat diuraikan sebagai berikut hasil pengujian masing-masing variabel. Uji signifikansi pengaruh variabel genderdan Tingkat pendapatan terhadap keputusan belanja. Dari hasil analisis regresi binary logistic diketahui bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan belanja.  Sebaliknya variable gender tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan belanja. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi Wald < 0,10 atau 10 persen.

Nilai Exp (B) yang dilaporkan pada output SPSS dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan masing-masing variabel terhadap prestasi siswa. Berdasarkan hasil pengujian model regresi binary logistic diperoleh hasil uji ekspektasi B atau nilai Exp (B) dari variabel yang signifikan seperti nampak pada tabel 2 di bawah ini.

Variable
Nilai Exp (B)
Gender
1,105
Tingkat pendapatan
5,517

Persamaan regresi logistic
Hasil analisis ini akan menghasilkan persamaan yang menentukan seberapa besar setiap variable independen berpengaruh terhadap variable dependen. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperlihatkan dua variable yang digunakan yaitu tingkat pendapatan dan gender, hanya varaibel tingkat pendapatan  memiliki hubungan yang kuat dengan variable keputusan berbelanja dengan tingkat signikasi dibawah 0,05. Sebaliknya variable gender tidak memiliki hubungan yang kuat dengan variable keputusan berbelanja.
Persamaan yang dihasilkan adalah
Y = -0,0981 + 1,269 X2
Berdasakan hasil analisis diperlihatkan bahwa ketepatan model legit regresi dalam mengklasifikasi keputusan berbelanja dari 50 responden secara keseluruhan sebesar 64%. Karena tingkat klasifikasi cukup tinggi, maka model ini layak dipergunakan untuk memprediksi keputusan berbelanja sisanya 36% dipengaruhi variable lainnya.

Analisis
Pengujian dengan teknik analisis regresi logit bertujuan untuk melihat apakah gender dan tingkat pendapatan dapat di digunakan untuk memprediksi keputusan berbelanja secara signifikan.
Pengujian hipotesis I, dimana gender mampu memprediksi keputusan untuk berbelanja.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik diperoleh hasil hipotesis ditolak.Hal ini disebabkan tingkat signikasi dibawah 0,05. Hal tersebut menggambarkan bahwa gender tidak signifikan dalam menentukan keputusan berbelanja di pasar modern atau di pasar tradisional.
Kondisi ini menggambarkan bahwa gender tidak mempengaruhi seseorang untuk berbelanja. Setiap orang memuliki kesempatan untuk memilih tempat berbelanja baik pasar modern maupun tradisional.
Pengujian hipotesis II, dimana tingkat pendapatan  mampu memprediksi keputusan untuk berbelanja.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik diperoleh hasil hipotesis diterima. .Hal ini disebabkan tingkat signikasi diatas 0,05. Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat pendidikan signifikan dalam menentukan keputusan berbelanja di pasar modern atau di pasar tradisional.
Kondisi ini menggambarkan bahwa kunjungan seseorang kepasar tradisional maupun modern selalu membawa uang, walaupun kunjungan tersebut sekedar berkreasi tetapi uang digunakan untuk berjaga-jaga. Besar kecilnya belanja tergantung dari tingkat pendapat seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan selalu diiringi dengan tingginya keingginan untuk membeli sesuatu.

Pembahasan
Konsumen hendaknya dalam memilih tempat berbelanja disesuaikan dengan kebutuhan. Pilih factor-faktor yang efisien misalnya jarak dari rumah atau kantor. Untuk kebutuhan yang kecil dan jumlahnya terbatas lebih baik diarahkan kepasar tradisional misalnya warung  maupun pasar tradsional milik pemerintah. Sebalinya untuk belanja bulanan atau dalam jumlah besar dapat berbelanja di pasar modern yang dapat memberikan harga murah serta memilik banyak pilihan. Diupayakan pasar modern jangan terlalu konsumtif
Saran
Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Selama ini pasar tradisonal selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau dan hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti itu harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional. Pemerintah mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah tidak boleh diskriminatif dan seharusnya tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha (Harian Kompas, 2007)

DAFTAR PUSTAKA
AC Nielsen. 2004. Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional. http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2004/0622/prom1. html. 9 april 2009.

Anonimus, 2008. Carrefour dan Museum Pasar Tradisional. http://didikurniawan.web.id/2008/12/22/carrefour-dan-museum-pasar-tradisional/1 april 2009 .

Artikel Ekonomi, 2009. Pasar Tradisional vs Pasar Modern. http://warnadunia.com/artikel-ekonomi-pasar-tradisional-vs-pasar-modern/9 April 2009.

Basalah, S. 2000. “Optimasi Faktor Input Penunjang Utama Pengembangan Pasar Tradisional”. Makalah (tidak diterbitkan). Lokakarya Pemberdayaan Pasar Tradisional dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta.

Bustaman. 1999. “ Tata Ruang (Exterior dan Interior Perpasaran)”, Makalah (tidak diterbitkan), pada acara Diklat Manajemen Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan di Medan, 15 s.d. 28 September 1999.

Darmayanti , Winarni (1997) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Dan Perilaku Belanja Konsumen Di Pasar Swalayan Di Kotamadia Semarang. Masters Thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Depdikbud, 1990. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu. Jakarta.

Ekapriadi, W. 2007. Pasar Modern; Ancaman Bagi Pasar Tradisional? http://amartabisma.wordpress.com/2007/11/08/pasar-modern-ancaman-bagi-pasar-tradisional/30 maret 2009.

Ester dan Didik. 2003. Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis. Copyright:  Sinar Harapan 2003. Jakarta.  http://sinarharapan.co.id/berita/0704/28eko0.html

Harian Kompas. 2007. Hasil Penalitian. Pepres Tidak Ubah Kondisi Pasar Tradisional. Jakarta.
Nielson, C. 2003. Modern Supermarket (Terjemahan AW Mulyana). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian
Koperasi dan UKM. Jakarta : Tidak Diterbitkan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar