Pengertian
Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan
suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur
dan terkontrol.
karakteristik
penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik.
Berarti suatu
penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan
kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis.
Suatu penelitian
dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya
akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu
cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus)
atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik.
Artinya suatu
penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari
(fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau
melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal
empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal
empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c. Hal-hal
empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan
sebab akibat).
4. Replikatif.
Artinya suatu
penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan
kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional
variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Langkah-langkah Operasional
Metode Ilmiah
a. Perumusan
masalah; yang dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan
apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus
jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Penyusunan
hipotesis; yang dimaksud hipotesis yaitu
suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban untukmemecahkan masalah
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu
saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang
sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya
dalam suatu obserevasi atau eksperimentasi.
c. Pengujian
hipotesis; yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapatmemperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat
diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga
melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan
melalui penginderaan.
d. Penarikan
kesimpulan; penarikan kesimpulan ini didasarkan atas
penilaian melalui analisis dari fakta (data) untuk melihat apakah
hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis
itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul itumendukung pernyataan hipotesis.
Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima
merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Keseluruhan langkah tersebut di atas
harus ditempuh melaluiurutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan
bagi langkah berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistimatis,
berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
SUMBER :
CONTOH KASUS METODE ILMIAH
PENGARUH GENDER DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP KEPUTUSAN
MEMILIH TEMPAT BELANJA
ABSTRAK
Pasar
merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi.
Pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar modern (supermarket dan hypermarket)
dan pasar tradisional. Banyak factor yang membakannya keduanya, diantaranya lokasi
maupun sarana prasarana. Untuk dapat melakukan transaksi dibutuhkan uang
sebagai alat pembayaran. Uang diperoleh dari tingkat pendapatan baik yang
diperoleh dari berusaha maupun pemberian dari orang lain. Peneliti ingin
mengetahui apakah gender dan tingkat pendapatan dapat memberikan prediksi
terhadap pilihan tempat belanja. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
logistic dengan responden mahasiswa pascasarjana Universitas Bina Darma,
Palembang. Hasil yang diperoleh dimana gender tidak dapat memmberikan prediksi
terhadap pilihan tempat belanja sebaliknya tingkat pendapat dapat memberikan
prediksi.
Kata Kunci : Pasar Modren dan
tradisional, Regresi Logistik
Latar Belakang
Fenomena
Pasar Dua Sisi (Two-Sided Platforms)
dalam Ritel Modern. Pada dasarnya, ritel modern menghubungkan kebutuhan
konsumen akhir dan produsen yang memproduksi barang kebutuhan tersebut,
fenomena inilah yang disebut dengan fenomena pasar dua sisi. Pada sisi pasar
yang pertama, peritel mencari produsen yang berminat untuk men-display hasil
produksinya di gerai ritel modern tersebut. Dalam hal ini, peritel dapat
mengenakan biaya (fee) atas display
produk dari produsen. Biaya tersebut diatur dalam syarat perdagangan (trading
terms) yang disepakati bersama oleh peritel dan pemasok. Dengan kata lain, pada
sisi pasar ini peritel menjual jasa penjualan ritelnya kepada produsen.
Pada sisi pasar yang kedua, ritel modern menyediakan
berbagai macam item produk yang dijual kepada konsumen. Dalam hal ini, konsumen
tidak lagi harus pergi ke beberapa toko untuk sekedar mencari sabun mandi
sekaligus elektronik, semua ada dalam satu tempat yang nyaman dengan harga yang
bersaing. Konsep one-stop shopping
inilah yang menyebabkan jumlah konsumen ritel semakin meningkat, sehingga sisi
pasar konsumen mampu berkembang dengan pesat. Seiring dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang menyebabkan daya beli konsumen menjadi naik,
peritel tidak lagi harus susah payah mencari produsen yang berkenan memasok
barang kepadanya. Pemasoklah yang saat ini berusaha untuk dapat menembus pasar
ritel agar dapat dikenal oleh konsumen. Hal inilah yang memberikan ritel modern
kekuatan pasar yang semakin lama semakin signifikan.
Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa
ada sebagian besar pasar tradisional yang terkena dampak Supermarket sementara
sebagian lainnya tidak. Pertama adalah faktor jarak antara pasar tradisional
dan Supermarket, dimana pasar tradisional yang berada relatif dekat
dengan Supermarket merasakan paling banyak terkena dampak. Kedua, faktor
terpenting adalah karakteristik konsumen pada pasar tradisional. Pasar
tradisional yang pelanggan utamanya dari kalangan kelas menengah ke bawah
mengalami dampak preritel modern (Suryadarma, dkk. 2007)
Pasar modern mengalami
pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4% pertahun terhadap pasar tradisional.
Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukan bahwa pangsa pasar dari pasar
modern meningkat sebesar 11,8 % selama lima tahun terakhir. Jika pangsa pasar
dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24,8 % maka pangsa pasar tersebut
menjadi 32,4 % tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001-2006,
sebanyak 11,8 % konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional
dan beralih kepasar modern. Perkembangan pasar modern menekan keberadaan pasar
tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang (Ekapriadi, 2007).
Ritel mempunyai arti
pengeluaran secara eceran. Seiring tuntutan pasar bebas, ritel pun belakangan
bertambah dengan konsep ritel modern. Ritel tradisional merupakan ritel
sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual terbatas
jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses tawar
menawar harga. Berbeda dengan ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak
jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi
harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa
disebut swalayan. Dalam ritel modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan
Minimarket. Gerai ritel modern biasanya disebut pasar modern.
Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan
konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak
hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah
air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket
di sekitar tempat tinggal kita. Tempat – tempat tersebut menjanjikan tempat
belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik
kesenangan tersebut ternyata telah membuat para preritel kelas menegah dan
kecil mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspansi yang sangat
agresif dari preritel kelas besar (Esther dan Dikdik, 2003).
Untuk beberapa
alasan perubahan gaya hidup konsumen saat ini tidaklah mengejutkan. Pertama,
melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang
lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga
setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar modern
menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih dengan jam buka
yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu
kredit dan kartu debit dan menyediakan layanan kredit untuk peralatan rumah
tangga berukuran besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti
bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak aka dijual bila telah
kadaluwarsa (Setiadi. N, 2003).
Secara teoritis keputusan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen terhadap barang yang ditawarkan sangat dipengaruhi
oleh harga, produk, pelayanan, lokasi perusahaan/toko (Kotler,1996:165). Untuk
itu perusahaan harus tanggap terhadap apa yang harus dilakukan terkait dengan
kelangsungan hidup usahanya, karena konsumen akan semakin selektif dalam
melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut (winarni,1997 ) faktor-faktor perilaku
konsumen dalam melakukan pembelian barang disupermarket adalah factor mutu
barang, faktor harga barang, faktor kecepatan pelayanan, faktor kenyamanan
berbelanja, faktor keramahan dari pelayan/pramuniaga dan faktor kebersihan
tempat. Apabila suatu pasar swalayan mempunyai kelebihan pada faktor-faktor di
atas seperti menawankan harga jual relatif murah, pelayanannya memberikan
tanggapan yang lebih cepat kepada konsumen, kenyamanan berbelanja yang lebih
baik dan menarik, kelengkapan barang-barang yang diperlukan konsumen juga lebih
komplit, layanan yang ramah dan kondisi ruangan yang tampak bersih maka
konsumen akan memilih dan membeli barang kebutuhannya di pasar swalayan
Keputusan
berbelanja merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang
mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan
keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Assauri, 1996:130). Peneliti
mencoba untuk mencari jawaban apakah gender dan tingkat pendapatan dapat
memberikan prediksi terhadap pilihan konsumen dalam memilih tempat belanja.
Metode Penelitian
Untuk
mengetahui mengetahui pengaruh gender
dan tingkat pendapatan terhadap keputusan memilih tempat belanja digunakan analisis deskriptif dan
analisis statistik. Alat analisis statistik yang digunakan adalah regresi
logistik. Adapun hipothesis yang diajukan adalah pertama, dimana gender dapat
memprediksi keputusan untuk memilih tempat berbelanja.Kedua dimana tingkat
pendapatan dapat memprediksi keputusan untuk memilih tempat berbelanja
Analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan bagaimana pilihan pasar modern (supermarket dan
hypermarket) dan
tradisional. Sebelum melakukan proses regresi logistik, harus
dilakukan terlebih dahulu uji Wald terhadap variabel independennya. Uji Wald
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat signifikansi variabel
bebas dengan variabel terikat. Dari hasil uji Wald tersebut hanya akan dipilih
variabel bebas yang mempunyai hubungan kuat (signifikan) terhadap variabel
terikat. Model regresi logistik digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel
independen apa yang mempengaruhi perceraian (variabel dependen). Variabel
dependen dan variabel independen tersebut adalah dikotomi yaitu satu dan nol
Variabel yang digunakan meliputi keputusan berbelanja
(Y), gender (X1) dan tingkat pendapatan (X2). Adapun criteria tingkat
pendapatan mengacu pada upah minimum regional (UMR) yang ada dikota Palembang.
VARIABEL
|
LABEL
|
KATAGORI
|
Keputusan (Y)
|
Keputusan belanja
|
1. Pasar Moderen
2. Pasar Tradisional
|
Sex (X1)
|
Gender
|
1. Laki-laki
2. Perempuan
|
Tingkat Pendapatan (X2)
|
Tingkat Pendapatan
|
1. Dibawah UMR
2. Diatas UMR
|
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Magister Manajemen (MM) Universitas Bina Darma Palembang periode agustus 2010.
Metode penarikan sampel dilakukan secara random acak dan diperoleh jumlah
responden sebanyak 50 mahasiswa.
Hasil dan Pembahasan
Ada hal yang cukup menarik dari profil responden, pada saat dilakukan
wawancara. Dimana responden lebih cenderung belanja dipasar tradisional untuk komoditas
lauk pauk misalnya sayur-sayuran,ikan, tempe, tahu dan responden dapat
melakukan tawar menawar. Frekwensi kunjungan kepasar tradisional setiap hari dan untuk untuk memenuhi kebutuhan
setiap harinya dan biasanya dilakukan pembantu rumah tangga. Belanja di pasar
modern untuk kebutuhan bulanan, misalnya susu, minyak sayur dan yang terpenting
harus lebih murah dari pada pasar tradisional. Kunjungan dilakukan biasanya
tidak setiap hari dan biasanya pada akhir pekan sabtu dan minggu. Adapun alasan responden belanja di pasar
modern diantaranya lengkap dan banyak pilihan serta ada discount dan yang
bertampat tinggal diluar kota Palembang menyatakan untuk berkreasi. Hasil yang
cukup menarik adalah konsumen yang berbelanja di pasar modern 48% atau 24 orang bertempat tinggal di luar kota
Palembang. Secara lebih lengkap dapat
dilihat sebagai berikut :
Kriteria
|
Keterangan
|
Orang
|
Kriteria
|
Keterangan
|
Orang
|
Sex
|
Laki-laki
|
21
|
Pekerjaan
|
Mahasiswa
|
4
|
Perempuan
|
29
|
PNS
|
30
|
Pengeluaran
|
<
100.000
|
5
|
Swasta
|
13
|
100.000
s/d 500.000
|
33
|
Wiraswasta
|
3
|
500.000
s/d 1.000.000
|
9
|
Pasar
|
Tradisional
|
22
|
>1.000.000
|
3
|
Pasar Modren
|
28
|
Alasan Belanja di pasar modern
|
Kelengkapan
|
48
|
Kenyamanan
|
45
|
Alasan Belanja
|
Kebersihan
|
40
|
Lokasi
|
15
|
Rekreasi
|
12
|
Ada
discount
|
47
|
Banyak
Pilihan
|
50
|
Pelayanan
|
10
|
Lainnya
|
5
|
Usia
|
<
25 tahun
|
8
|
Tempat tinggal
|
Kota
Palembang
|
26
|
25
s/d 40 tahun
|
32
|
Luar
kota Palembang
|
24
|
Ø 40 tahun
|
10
|
Uji Ketepatan Model Regresi
Untuk menilai ketepatan model
regresi binary logistic dalam penelitian ini diukur dengan nilai chi square dengan uji Hosmer dan Lemeshow.
Diperoleh nilai chi square = 44,351 dengan level keyakinan sebesar 0,000. Angka
tersebut lebih kecil dari 0,05 atau 5 persen maka Ho diterima. Hal ini berarti
model regresi binary logistic dengan variable dependen keputusan belanja adalah
sesuai dengan data sehingga layak dipakai untuk analisis selanjutnya.
Uji Koefisien Regresi
Uji koefisien regresi dalam
penelitian ini untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat
nilai signifikansi Wald yang dilaporkan pada print out SPSS. Berdasarkan hasil analisis
dapat diuraikan sebagai berikut hasil pengujian masing-masing variabel. Uji
signifikansi pengaruh variabel genderdan Tingkat pendapatan terhadap keputusan
belanja. Dari hasil analisis regresi binary logistic diketahui bahwa variabel
tingkat pendapatan berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan
belanja. Sebaliknya variable gender tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan belanja. Hal ini ditunjukkan
dari nilai signifikansi Wald < 0,10 atau 10 persen.
Nilai Exp (B) yang dilaporkan pada
output SPSS dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui besarnya
kontribusi yang diberikan masing-masing variabel terhadap prestasi siswa.
Berdasarkan hasil pengujian model regresi binary logistic diperoleh hasil uji
ekspektasi B atau nilai Exp (B) dari variabel yang signifikan seperti nampak
pada tabel 2 di bawah ini.
Variable
|
Nilai Exp (B)
|
Gender
|
1,105
|
Tingkat pendapatan
|
5,517
|
Persamaan regresi logistic
Hasil analisis ini akan menghasilkan persamaan yang
menentukan seberapa besar setiap variable independen berpengaruh terhadap
variable dependen. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperlihatkan dua
variable yang digunakan yaitu tingkat pendapatan dan gender, hanya varaibel
tingkat pendapatan memiliki hubungan
yang kuat dengan variable keputusan berbelanja dengan tingkat signikasi dibawah
0,05. Sebaliknya variable gender tidak memiliki hubungan yang kuat dengan
variable keputusan berbelanja.
Persamaan yang dihasilkan adalah
Y = -0,0981 + 1,269 X2
Berdasakan hasil analisis diperlihatkan bahwa
ketepatan model legit regresi dalam mengklasifikasi keputusan berbelanja dari
50 responden secara keseluruhan sebesar 64%. Karena tingkat klasifikasi cukup
tinggi, maka model ini layak dipergunakan untuk memprediksi keputusan
berbelanja sisanya 36% dipengaruhi variable lainnya.
Analisis
Pengujian dengan teknik analisis regresi logit
bertujuan untuk melihat apakah gender dan tingkat pendapatan dapat di digunakan
untuk memprediksi keputusan berbelanja secara signifikan.
Pengujian hipotesis I, dimana gender mampu memprediksi
keputusan untuk berbelanja.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik diperoleh hasil hipotesis ditolak.Hal ini
disebabkan tingkat signikasi dibawah 0,05. Hal tersebut menggambarkan bahwa gender
tidak signifikan dalam menentukan keputusan berbelanja di pasar modern atau di
pasar tradisional.
Kondisi ini menggambarkan bahwa gender tidak
mempengaruhi seseorang untuk berbelanja. Setiap orang memuliki kesempatan untuk
memilih tempat berbelanja baik pasar modern maupun tradisional.
Pengujian hipotesis II, dimana tingkat pendapatan mampu memprediksi keputusan untuk berbelanja.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik diperoleh hasil hipotesis diterima. .Hal
ini disebabkan tingkat signikasi diatas 0,05. Hal tersebut menggambarkan bahwa
tingkat pendidikan signifikan dalam menentukan keputusan berbelanja di pasar
modern atau di pasar tradisional.
Kondisi ini menggambarkan bahwa kunjungan seseorang
kepasar tradisional maupun modern selalu membawa uang, walaupun kunjungan
tersebut sekedar berkreasi tetapi uang digunakan untuk berjaga-jaga. Besar
kecilnya belanja tergantung dari tingkat pendapat seseorang. Semakin tinggi
tingkat pendapatan selalu diiringi dengan tingginya keingginan untuk membeli
sesuatu.
Pembahasan
Konsumen hendaknya dalam memilih tempat berbelanja
disesuaikan dengan kebutuhan. Pilih factor-faktor yang efisien misalnya jarak
dari rumah atau kantor. Untuk kebutuhan yang kecil dan jumlahnya terbatas lebih
baik diarahkan kepasar tradisional misalnya warung maupun pasar tradsional milik pemerintah.
Sebalinya untuk belanja bulanan atau dalam jumlah besar dapat berbelanja di
pasar modern yang dapat memberikan harga murah serta memilik banyak pilihan.
Diupayakan pasar modern jangan terlalu konsumtif
Saran
Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan
mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa
keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat
dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan
dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Selama ini
pasar tradisonal selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta
bau dan hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar
seperti itu harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung.
Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan tertarik untuk datang dan
melakukan transaksi di pasar tradisional. Pemerintah mempunyai hak untuk
mengatur keberadaan pasar tradisional dan modern. Tetapi aturan yang dibuat
pemerintah tidak boleh diskriminatif dan seharusnya tidak membuat dunia usaha
mandek. Pedagang kecil, menengah, besar bahkan perantara ataupun pedagang toko
harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha (Harian Kompas, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
AC
Nielsen. 2004. Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional. http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2004/0622/prom1.
html. 9 april 2009.
Anonimus,
2008. Carrefour dan Museum Pasar Tradisional. http://didikurniawan.web.id/2008/12/22/carrefour-dan-museum-pasar-tradisional/1
april 2009 .
Artikel
Ekonomi, 2009. Pasar Tradisional vs Pasar Modern. http://warnadunia.com/artikel-ekonomi-pasar-tradisional-vs-pasar-modern/9
April 2009.
Basalah,
S. 2000. “Optimasi Faktor Input Penunjang Utama Pengembangan Pasar
Tradisional”. Makalah (tidak diterbitkan). Lokakarya Pemberdayaan Pasar
Tradisional dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta.
Bustaman.
1999. “ Tata Ruang (Exterior dan Interior Perpasaran)”, Makalah (tidak
diterbitkan), pada acara Diklat Manajemen Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan di
Medan, 15 s.d. 28 September 1999.
Darmayanti , Winarni (1997) Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Dan Perilaku Belanja Konsumen Di
Pasar Swalayan Di Kotamadia Semarang. Masters Thesis, Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Depdikbud,
1990. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu. Jakarta.
Ekapriadi,
W. 2007. Pasar Modern; Ancaman Bagi Pasar Tradisional? http://amartabisma.wordpress.com/2007/11/08/pasar-modern-ancaman-bagi-pasar-tradisional/30
maret 2009.
Ester
dan Didik. 2003. Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis. Copyright: Sinar Harapan 2003. Jakarta. http://sinarharapan.co.id/berita/0704/28eko0.html
Harian Kompas. 2007. Hasil Penalitian. Pepres Tidak
Ubah Kondisi Pasar Tradisional. Jakarta.
Nielson, C. 2003. Modern
Supermarket (Terjemahan AW Mulyana). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah
Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian
Koperasi dan UKM. Jakarta : Tidak Diterbitkan